amcf.or.id – Gempa bumi yang berpusat enam kilometer timur laut Kabupaten Majene pada Jumat dini hari (15/1) sekitar pukul 02. 30 WITA, telah merobohkan banyak bangunan serta menyebabkan puluhan korban jiwa, meninggalkan luka psikis warga sulbar.
Dewan Pembina AMCF Pusat yang dikonfirmasi melalui WA, Dr. Muh. Ali Bakri, M.Pd yang sedang berada pengungsian Desa Kayuangin, melaporkan bahwa salah satu prioritas tim relawan AMCF saat ini adalah melakukan pemulihan trauma atau trauma healing bagi warga karena sampai saat ini warga belum berani berlama-lama di dalam rumah. Setiap berada di dalam rumah, ada perasaan takut akan terjadinya gempa susulan.
Pada mulanya warga masih bertahan di depan rumahnya bersama para tetangganya, namun setelah mengetahui bahwa Tim relawan AMCF mendirikan tenda huntara yang berdekatan dengan rumah mereka maka mereka memilih menempati tenda huntara AMCF bersama keluarganya.
Bukan hanya para orang tua yang merasa trauma pasca gempa berkekuatan 6,2 magnitudo itu, namun anak-anak juga mengalami trauma yang sama. Bahkan, pada dini hari tadi (28/01) pukul 02.30 kembali terjadi gempa susulan berkekuatan 3,6 magnitudo sehingga warga kembali panik berhamburan keluar tenda.
Warga korban gempa yang berada di tenda huntara pengungsian, berharap tim kapal kemanusiaan AMCF memberikan pendampingan psikologis agar warga korban gempa secara berangsur bisa menghilangkan perasaan traumatis, khususnya bagi anak-anak mereka sangat perlu pendampingan agar tidak menjadi bayang-bayang gempa yang berkepanjangan.
Sebagai informasi bahwa sejak tanggal (23/01), tim kemanusiaan AMCF yang dipimpin oleh Akram selaku korlap kembali mendirikan 36 tenda huntara guna menampung kurang lebih 180 pengungsi. Tenda huntara tersebut di bangun di desa Kayuangin, Kec. Malunda, Kab. Majene, berselang satu pekan setelah tim AMCF berhasil mendirikan 43 tenda huntara di Kampung Talibu, Kel. Mamunyu Kab. Mamuju.
Program kegiatan yang dilaksanakan di kampung kayuangin ini sama dengan jenis kegiatan yang telah berlangsung di kapung Talibu yaitu menyediakan dapur umum untuk para pengungsi, membangun MCK, mendistribusikan air bersih, pembagian sembako, pelayanan kesehatan, dan pemulihan trauma bagi anak-anak seperti bermain bersama, menggambar, olah raga di lapangan, belajar membaca dan mengaji, praktek sholat, dll tujuannya untuk membangkitkan semangat dan menghilangkan kebosanan pada anak-anak selama di pengungsian. Selain itu juga mendengarkan cerita dari anak-anak sebagai upaya untuk meluapkan ekspresinya.
Kegiatan lainnya, dengan mengajarkan hidup sehat, tidak membuang sampah sembarangan, mencuci tangan dengan sabun, buang air di kamar mandi, penggunaan masker saat bermain untuk menghindari penularan covid-19 yang masih cukup meningkat di wilayah sulbar.